Kamis, 03 Maret 2016

PERLAKUAN KUPRI UNTUK MENGENDALIKAN FITOPLANKTON

Dr Claud E. Boyd
Fakultas Perikanan dan Budidaya Air Terpadu
Univesitas Auburn
Alabama USA


Kupri  sulfat (CuSO4) dikenal sebagai algisida butiran, disebut juga butiran tajam berwarna biru atau batu biru.
Algisida:  bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau menghentikan pertumbuhan alga.

Ringkasan
Kupri Sulfat digunakan secara luas sebagai algisida di tambak dan sistem perairan lainnya.  Meskipun kupri sulfat cepat hilang dalam air tambak, ion-ion kupri dapat berbahaya bagi hewan air.  Ketika terikat dengan berbagai senyawa organik, sifat racun ion-ion kupri terhadap hewan air menjadi berkurang dan pemecahan konsentrasi kupri dapat dijaga dengan aman untuk beberapa hari.
Kupri adalah komponen mineral minor di dalam air di alam.  Pada air laut, konsentrasi kupri yang biasa ditemui antara 0,002 – 0,004 mg/l, sedang pada air tawar konsentrasi kupri biasa ditemui anatara 0,005 – 0,020 mg/l.  Pada konsentrasi rendah kupri adalah mikronutrien yang dibutuhkan oleh semua tanaman, tetapi diatas 0,05 mg/l dapat menjadi racun bagi alga.  Pada konsentrasi rendah, kupri juga menjadi nutrien essensial bagi hewan, tetapi pada konsentrasi tinggi akan menjadi racun.  
Fitoplankton, khususnya Blue Green Algae (BGA) sangat sensitif terhadap kupri, sebab itu logam ini digunakan secara luas sebagai algisida pada kolam persediaan air, kolam renang, menara-menara pendingin, tambak-tambak ikan peliharaan, tambak-tambak budidaya, dan sisitem perairan lainnya.  Bentuk kupri yang digunakan sebagai algisida secara tradisional adalah kupri sulfat.  Bahan kimia ini berwarna biru, berbentuk butiran-butiran kecil biasa disebut butiran tajam berwarna biru atau batu biru.  Kupri sulfat mengandung kupri murni 26% dari berat.
  



Ketika digunakan pada air, kupri sulfat cepat terlarut menghasilkan ion-ion kupri dan sulfat.  Pada tambak-tambak budidaya, ion-ion kupri menjalani beberapa proses alamiah seperti terlihat pada gambar 1 diatas.

Jumlah ion-ion kupri bervariasi tergantung pada pH larutan.  Jika dianggap mineral yang mengontrol tingkat kelarutan kupri adalah tenorit (CuO), pada pH 7 konsentrasi keseimbangan ion kupri  adalah 0,02800 mg/l dan pada pH 8 adalah 0,00028 mg/l (Tabel 1).

pH
Konsentrasi ion Kupri (mg/l)
5
6
7
8
9
28
2,8
0,028
0,00028
0,0000028


Penggunaan Algisida
            Kupri dapat hilang dari dalam air melalui tiga proses, yaitu terserap oleh tanaman air yang pada saat mati akan mengendap di dasar tambak sebagai endapan bahan organik, membentuk kupri oksida sebagai hasil endapan ion-ion kupri secara cepat, dan terikat pada koloid lempung  dan bahan organik di dasar tanah lewat proses pertukaran kation.
            Ion kupri adalah bahan beracun bagi tanaman, tetapi sedikit beracun bagi hewan air.  Konsentrasi yang digunakan betul-betul dipertimbangkan sebagai kontrol fitoplankton yang dapat diterima, yaitu antara 0,05 – 0,06 mg kupri/ l air.  Konsentrasi kupri maksimal yang dianjurkan untuk ikan biasanya adalah 0,02 mg/l pada air yang bersifat asam dan alkalinitas rendah,  dan 0,2 mg/l pada air dengan pH dan alkalinitas tinggi.
            Kelarutan ion-ion kupri terbesar adalah pada pH rendah, dan menurun dengan cepat dengan meningkatnya pH (Tabel 1).  Hal ini menghasilkan dua masalah dalam penggunaan kupri sulfat sebagai algisida.  Pada pH rendah, konsentrasi ion-ion kupri yang relatif tinggi mendorong daya racun terhadap fitoplankton, tetapi akan beresiko terhadap spesies yang dibudidayakan.  Pada pH lebih tinggi, ion-ion kupri tidak begitu berbahaya bagi spesies yang dibudidayakan, tetapi akan lebih sulit untuk mencapai konsentrasi ion-ion kupri yang cukup untuk mengontrol fitoplankton.
             
Produk Kupri Bentuk Terikat
            Ion-ion kupri dapat terikat dengan senyawa-senyawa organik seperti trietanol amin, asam diamin tetrasetat, lignin sulfonat, atau dengan asam sitrat.  Keuntungan perlakuan air dengan produk kupri terikat ialah konsentrasi kupri yang terlarut dapat dijaga pada level tinggi untuk beberapa hari, bahkan pada air dengan pH dan alkalinitas yang tinggi.
            Kupri terikat juga beracun terhadap fitoplankton, tetapi tidak seperti pada racun ion kupri terhadap hewan air.  Jadi untuk mengontrol fitoplankton, produk kupri terikat dapat digunakan diperairan yang bersifat asam dan alkalinitas rendah tanpa khawatir akan membahayakan spesies yang dibudidayakan.  Selain  itu, pada air dengan pH dan alkalinitas tinggi konsentrasi kupri yang efektif dapat dicapai lebih mudah dengan menggunakan produk kupri tersebut.  Kelemahan utama senyawa kupri terikat ini adalah harganya yang tinggi hingga beberapa kali lipat harga kupri sulfat per unit berat kupri.
            Sebetulnya pada air dengan alkalinitas yang tinggi dan pH ≥ 7,5 perlakuan kupri sulfat yang relatif banyak dapat dilakukan dengan dengan tanpa membahayakan species yang dibudidayakan.  Pada budidaya ikan, dosis kupri sulfat yang biasa digunakan adalah  0,01 dari total alkalinitas.  Sebagai contoh, jika total alkalinitas 135 mg/l sebagai  kalsium karbonat, dosis kupri yang digunakan seharusnya adalah 1,35 mg/l.
            Untuk memberikan efek kontrol terhadap fitoplankton, penggunaan kupri sulfat pada air dengan alkalinitas sedang sampai tinggi akan lebih ekonomis jika dibuat perlakuan berulang dalam interval yang sering (jika dibutuhkan), daripada penggunaan dengan produk kupri terikat.  Tetapi pada air yang bersifat asam dan alkalinitas rendah, konsentrasi kupri sulfat  yang dibutuhkan akan mengontrol fitoplankton dapat melebihi toleransi species yang dibudidayakan terhadap kupri.

Penggunaan pada Kolam Lele
            Pada kolam lele, perlakuan kupri sulfat telah digunakan secara luas untuk mengurangi populasi BGA sebelum panen dengan tujuan untuk menghindari off flavor dan potensi penolakan oleh pabrik pengolahan ikan.  Banyak tambak lele di Tenggara Amerika Serikat telah diberi perlakuan kupri sulfat beberapa kali per tahun dalam jangka waktu sepuluh tahun atau lebih.
            Kupri cepat hilang dari air tambak, dan konsentrasi kupri kembali ke level  sebelum diberi perlakuan dalam waktu 72 jam (gambar 2).  Kupri terakumulasi di dalam endapan tambak, tetapi karena tingkat kelarutan yang rendah pada pH ≥ 6, kontaminasi air tambak oleh kupri yang dilepaskan dari endapan tidak terjadi. 
            Kolam lele dapat diberikan perlakuan kupri dengan baik pada daerah-daerah dimana tanah dasar tambak netral  atau agak basa, dan respon yang berbeda mungkin dapat dihasilkan pada tambak-tambak yang bersifat asam.  Jika air tidak dibuang dalam waktu tiga hari setelah perlakuan, dan perlakuan tersebut tidak diberikan sebelum hujan deras yang dapat menyebabkan air meluap, penggunaan kupri sulfat dalam tambak-tambak budidaya seharusnya tidak mengakibatkan kontaminasi lingkungan.  




Penggunaan pada Tambak Udang
Algisida kupri belum digunakan secara luas pada budidaya udang, tetapi seharusnya mempunyai efektifitas yang sama seperti pada tambak ikan air tawar.  Air payau umumnya memiliki nilai alkalinitas di atas 100 mg/l, sebab itu perlakuan kupri sulfat aman diberikan.

Penerapan
Kupri sulfat dapat diberikan dalam beberapa metoda.  Yang umum dilakukan adalah dengan menaburkan kristal kupri diatas permukaan tambak, dan menggantungkan kupri Sulfat pada kantong berpori di depan aerator atau dimana arus masuk ke tambak.
Kupri sulfat juga dapat digunakan untuk perlakuan pada alga yang membentuk anyaman di sekeliling pinggir tambak.  Metoda yang bisa digunakan adalah dengan menaburkan kristal kupri di atas anyaman alga teersebut.
Algisida kupri terikat dapat dicampur dengan air dan disemprotkan diatas permukaan tambak.  Beberapa pekerja juga mencampurkan algisida kupri terikat dengan air dan mengalirkan larutan tersebut dari tangki yang diletakkan di atas perahu motor tepat kedalam adukan yang disebabkan oleh baling-baling perahu motor ketika pekerja tersebut menjalankan perahu motor keliling permukaan tambak.
Ketika memberi perlakuan pada tambak dengan senyawa kupri dan kupri sulfat khususnya, adalah sangat penting mengetahui estimasi volume air tambak yang dapat dipercaya.  Kematian ikan secara besar-besaran yang berhubungan dengan perlakuan kupri di tambak ikan lele adalah diakibatkan dari kesalahan dalam perhitungan dosis.  Juga sangat penting untuk membatasi jumlah fitoplankton yang akan dikurangi pada saat itu untuk menghindari terjadinya konsentrasi DO yang rendah.  Hal ini dapat dicapai dengan memberikan perlakuan hanya pada satu bagian tambak pada sekali waktu. (Alih Bahasa : Novi F.Irawan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar