Dr Claud E. Boyd
Fakultas Perikanan dan Budidaya Air Terpadu
Univesitas Auburn
Alabama USA
Kupri sulfat (CuSO4) dikenal sebagai algisida butiran, disebut juga
butiran tajam berwarna biru atau batu biru.
Algisida: bahan kimia yang digunakan untuk menghambat
atau menghentikan pertumbuhan alga.
Ringkasan
Kupri Sulfat digunakan secara luas sebagai algisida di tambak dan
sistem perairan lainnya. Meskipun kupri
sulfat cepat hilang dalam air tambak, ion-ion kupri dapat berbahaya bagi hewan
air. Ketika terikat dengan berbagai
senyawa organik, sifat racun ion-ion kupri terhadap hewan air menjadi berkurang
dan pemecahan konsentrasi kupri dapat dijaga dengan aman untuk beberapa hari.
Kupri adalah komponen mineral minor di dalam
air di alam. Pada air laut, konsentrasi
kupri yang biasa ditemui antara 0,002 – 0,004 mg/l, sedang pada air tawar konsentrasi kupri biasa ditemui anatara
0,005 – 0,020 mg/l. Pada konsentrasi
rendah kupri adalah mikronutrien yang dibutuhkan oleh semua tanaman, tetapi
diatas 0,05 mg/l dapat menjadi racun bagi alga.
Pada konsentrasi rendah, kupri juga menjadi nutrien essensial bagi
hewan, tetapi pada konsentrasi tinggi akan menjadi racun.
Fitoplankton, khususnya Blue Green Algae
(BGA) sangat sensitif terhadap kupri, sebab itu logam ini digunakan secara luas
sebagai algisida pada kolam persediaan air, kolam renang, menara-menara
pendingin, tambak-tambak ikan peliharaan, tambak-tambak budidaya, dan sisitem
perairan lainnya. Bentuk kupri yang
digunakan sebagai algisida secara tradisional adalah kupri sulfat. Bahan kimia ini berwarna biru, berbentuk
butiran-butiran kecil biasa disebut butiran tajam berwarna biru atau batu
biru. Kupri sulfat mengandung kupri murni
26% dari berat.
Ketika digunakan pada air, kupri
sulfat cepat terlarut menghasilkan ion-ion kupri dan sulfat. Pada tambak-tambak budidaya, ion-ion kupri
menjalani beberapa proses alamiah seperti terlihat pada gambar 1 diatas.
Jumlah ion-ion kupri bervariasi
tergantung pada pH larutan. Jika
dianggap mineral yang mengontrol tingkat kelarutan kupri adalah tenorit (CuO),
pada pH 7 konsentrasi keseimbangan ion kupri
adalah 0,02800 mg/l dan pada
pH 8 adalah 0,00028 mg/l (Tabel 1).
pH
|
Konsentrasi ion Kupri (mg/l)
|
5
6
7
8
9
|
28
2,8
0,028
0,00028
0,0000028
|
Penggunaan
Algisida
Kupri
dapat hilang dari dalam air melalui tiga proses, yaitu terserap oleh tanaman
air yang pada saat mati akan mengendap di dasar tambak sebagai endapan bahan
organik, membentuk kupri oksida sebagai hasil endapan ion-ion kupri secara
cepat, dan terikat pada koloid lempung
dan bahan organik di dasar tanah lewat proses pertukaran kation.
Ion
kupri adalah bahan beracun bagi tanaman, tetapi sedikit beracun bagi hewan
air. Konsentrasi yang digunakan
betul-betul dipertimbangkan sebagai kontrol fitoplankton yang dapat diterima,
yaitu antara 0,05 – 0,06 mg kupri/ l air.
Konsentrasi kupri maksimal yang dianjurkan untuk ikan biasanya adalah
0,02 mg/l pada air yang bersifat asam
dan alkalinitas rendah, dan 0,2 mg/l pada air dengan pH dan alkalinitas
tinggi.
Kelarutan
ion-ion kupri terbesar adalah pada pH rendah, dan menurun dengan cepat dengan
meningkatnya pH (Tabel 1). Hal ini
menghasilkan dua masalah dalam penggunaan kupri sulfat sebagai algisida. Pada pH rendah, konsentrasi ion-ion kupri
yang relatif tinggi mendorong daya racun terhadap fitoplankton, tetapi akan
beresiko terhadap spesies yang dibudidayakan.
Pada pH lebih tinggi, ion-ion kupri tidak begitu berbahaya bagi spesies
yang dibudidayakan, tetapi akan lebih sulit untuk mencapai konsentrasi ion-ion
kupri yang cukup untuk mengontrol fitoplankton.
Produk
Kupri Bentuk Terikat
Ion-ion
kupri dapat terikat dengan senyawa-senyawa organik seperti trietanol amin, asam
diamin tetrasetat, lignin sulfonat, atau dengan asam sitrat. Keuntungan perlakuan air dengan produk kupri
terikat ialah konsentrasi kupri yang terlarut dapat dijaga pada level tinggi
untuk beberapa hari, bahkan pada air dengan pH dan alkalinitas yang tinggi.
Kupri
terikat juga beracun terhadap fitoplankton, tetapi tidak seperti pada racun ion
kupri terhadap hewan air. Jadi untuk
mengontrol fitoplankton, produk kupri terikat dapat digunakan diperairan yang
bersifat asam dan alkalinitas rendah tanpa khawatir akan membahayakan spesies
yang dibudidayakan. Selain itu, pada air dengan pH dan alkalinitas
tinggi konsentrasi kupri yang efektif dapat dicapai lebih mudah dengan
menggunakan produk kupri tersebut.
Kelemahan utama senyawa kupri terikat ini adalah harganya yang tinggi
hingga beberapa kali lipat harga kupri sulfat per unit berat kupri.
Sebetulnya
pada air dengan alkalinitas yang tinggi dan pH ≥ 7,5 perlakuan kupri sulfat
yang relatif banyak dapat dilakukan dengan dengan tanpa membahayakan species
yang dibudidayakan. Pada budidaya ikan,
dosis kupri sulfat yang biasa digunakan adalah
0,01 dari total alkalinitas. Sebagai
contoh, jika total alkalinitas 135 mg/l sebagai
kalsium karbonat, dosis kupri yang digunakan seharusnya adalah 1,35
mg/l.
Untuk
memberikan efek kontrol terhadap fitoplankton, penggunaan kupri sulfat pada air
dengan alkalinitas sedang sampai tinggi akan lebih ekonomis jika dibuat
perlakuan berulang dalam interval yang sering (jika dibutuhkan), daripada
penggunaan dengan produk kupri terikat.
Tetapi pada air yang bersifat asam dan alkalinitas rendah, konsentrasi
kupri sulfat yang dibutuhkan akan
mengontrol fitoplankton dapat melebihi toleransi species yang dibudidayakan
terhadap kupri.
Penggunaan pada Kolam Lele
Pada kolam lele, perlakuan kupri sulfat telah
digunakan secara luas untuk mengurangi populasi BGA sebelum panen dengan tujuan
untuk menghindari off flavor dan
potensi penolakan oleh pabrik pengolahan ikan.
Banyak tambak lele di Tenggara Amerika Serikat telah diberi perlakuan
kupri sulfat beberapa kali per tahun dalam jangka waktu sepuluh tahun atau
lebih.
Kupri
cepat hilang dari air tambak, dan konsentrasi kupri kembali ke level sebelum diberi perlakuan dalam waktu 72 jam
(gambar 2). Kupri terakumulasi di dalam
endapan tambak, tetapi karena tingkat kelarutan yang rendah pada pH ≥ 6,
kontaminasi air tambak oleh kupri yang dilepaskan dari endapan tidak
terjadi.
Kolam
lele dapat diberikan perlakuan kupri dengan baik pada daerah-daerah dimana
tanah dasar tambak netral atau agak
basa, dan respon yang berbeda mungkin dapat dihasilkan pada tambak-tambak yang
bersifat asam. Jika air tidak dibuang
dalam waktu tiga hari setelah perlakuan, dan perlakuan tersebut tidak diberikan
sebelum hujan deras yang dapat menyebabkan air meluap, penggunaan kupri sulfat
dalam tambak-tambak budidaya seharusnya tidak mengakibatkan kontaminasi
lingkungan.
Penggunaan
pada Tambak Udang
Algisida kupri belum digunakan secara luas pada budidaya udang, tetapi
seharusnya mempunyai efektifitas yang sama seperti pada tambak ikan air
tawar. Air payau umumnya memiliki nilai
alkalinitas di atas 100 mg/l, sebab
itu perlakuan kupri sulfat aman diberikan.
Penerapan
Kupri sulfat dapat diberikan dalam beberapa metoda. Yang umum dilakukan adalah dengan menaburkan
kristal kupri diatas permukaan tambak, dan menggantungkan kupri Sulfat pada
kantong berpori di depan aerator atau dimana arus masuk ke tambak.
Kupri sulfat juga dapat digunakan untuk perlakuan pada alga yang
membentuk anyaman di sekeliling pinggir tambak.
Metoda yang bisa digunakan adalah dengan menaburkan kristal kupri di
atas anyaman alga teersebut.
Algisida kupri terikat dapat dicampur dengan air dan disemprotkan diatas
permukaan tambak. Beberapa pekerja juga
mencampurkan algisida kupri terikat dengan air dan mengalirkan larutan tersebut
dari tangki yang diletakkan di atas perahu motor tepat kedalam adukan yang
disebabkan oleh baling-baling perahu motor ketika pekerja tersebut menjalankan
perahu motor keliling permukaan tambak.
Ketika memberi perlakuan pada tambak dengan senyawa kupri dan kupri
sulfat khususnya, adalah sangat penting mengetahui estimasi volume air tambak
yang dapat dipercaya. Kematian ikan secara
besar-besaran yang berhubungan dengan perlakuan kupri di tambak ikan lele
adalah diakibatkan dari kesalahan dalam perhitungan dosis. Juga sangat penting untuk membatasi jumlah
fitoplankton yang akan dikurangi pada saat itu untuk menghindari terjadinya
konsentrasi DO yang rendah. Hal ini
dapat dicapai dengan memberikan perlakuan hanya pada satu bagian tambak pada
sekali waktu. (Alih Bahasa : Novi F.Irawan)